Jumat, Agustus 07, 2009

-Klub Sembilan Puluh Sembilan-

Nice sharing again from my Plant Manager, enjoy it...

Alkisah di jaman dahulu kala... Hiduplah seorang miskin yang hidup dengan sangat bersahaja.
Walaupun dia tidak memiliki kekayaan secuil apapun tetapi karena hatinya yang luar biasa lurus, dia tetap dapat menikmati hari-harinya dengan penuh sukacita dan ucapan syukur.
Dan yang terpenting adalah, seulas senyum tulus tidak pernah hilang dari bibirnya.

Pada suatu ketika dalam perjalanan pulang (jeng..jeng..jeng..jeng, *tambahan sound efek tegang*), entah dari mana datangnya, dia memperoleh sekantung koin emas. Dia sangat bersuka cita dan bergembira ria ketika memperoleh berkat tersebut...
Dia menari, melompat, bernyanyi girang sambil mengguncang-guncangkan kantong berisi koin emas itu.
Sesampainya di rumah, dia langsung membuka kantong tersebut dan menghitung jumlah koin emas yang ada.

Satu
.
.
Dua
.
.
Tiga
.
.
Empat
.
.
Sembilan puluh tujuh
.
.
Sembilan puluh delapan
.
.
Sampailah dia pada koin terakhir dan hitungannya berakhir pada sembilan puluh sembilan.
"Kenapa hanya sembilan puluh sembilan??", tanya si miskin dalam benaknya.
"Wah, pasti seharusnya ada seratus keping koin emas dalam kantong ini. Pokoknya satu keping itu harus kucari sampai ketemu!", batinnya.
Akhirnya dia kembali menelusuri jalan yang tadi dilaluinya sambil mencari sekeping koin emas yang dia anggap hilang tersebut.

Sia-sia... Koin tersebut tidak ditemukan...

Demikian keesokan harinya dia kembali menelusuri jalan tersebut dan mencari koin tersebut : NIHIL!
Hari-hari berikutnya dia terus mencari dan hasilnya tetap sama : koin tersebut tidak pernah ditemukan...

Selama beberapa hari pencarian tersebut, si miskin berubah dari orang yang periang dan murah senyum menjadi seorang yang selalu merengut dan mudah sekali marah...
Perubahan itu tidak pernah dirasakannya hanya karena dia mencari sekeping koin emas yang ada dalam benaknya tetapi belum tentu ada dalam kenyataan.
Dia lupa untuk mensyukuri bahwa dia sudah mempunyai sembilan puluh sembilan keping koin emas lain, yang sama sekali tidak sebanding dengan satu keping koin emas yang hanya ada pada imajinasinya saja.

Demikian sang putri dan pangeran akhirnya hidup bahagia selama-lamanya...
?????
Jaka sembung naek ojek,
Ga nyambung jek!
Hehehe... Terserah gw dunk, gw yg nulis...
Peace...

Seringkali kita tidak menyadari apa yang sudah kita miliki dalam hidup dan tidak bersyukur atasnya.
Naluri kemanusiaan kita selalu menginginkan hal yang lebih dan lebih dan lebih dan lebih dan lebih dan lebih... (pheew, cape juga ngetiknya).
Keinginan mendapatkan kelebihan itu lah yang membuat kita menjadi orang yang "buta" dan "bodoh" sehingga kita tidak dapat melihat apa yang sudah Tuhan berikan buat kita...
Dan yang terpenting, membuat kita tidak bersyukur atas apa yang sudah kita punya...
Seringkali manusia akan sangat menyesal setelah dia kehilangan apa yang sudah dimilikinya sejak lama tapi tidak pernah disyukuri...

Jangan mpe kaya gitu ah!
Amit-amit...

Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.
-1 Tesalonika 5:18-

N.B. : Sudah ada tokoh "Si Buta dari Gua Hantu", so ga usahlah kita menyainginya dengan ikut-ikutan jadi "Si Buta dan Bodoh dari Gua Kemaruk".

Peace... ^.^v

www.kisah-seorangmanusia.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar